Percikan Air di Musim Kemarau

Menilai kejadian dari semua sudut pandang dan kejernihan pikiran. Mendengar pendapat orang tanpa menyalahkan. Mengambil kesimpulan dengan ketulusan hati tanpa tendensi. Mengukuhkan pendirian. Melangkah tenang tanpa keraguan.

Monday, March 23, 2009

BELAJAR DARI KOTA SURAKARTA


Hari Kamis, 19 Maret 2009, Aku bersama dalam tim dari Bappeda Kabupaten Tegal pergi ke Jogja dan Surakarta. Misi perjalanan pada kedua Kota tersebut yang pertama, untuk menjalin kerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Sedangkan yang misi kedua adalah “ngangsu kawruh” penciptaan ruang yang mendorong kegiatan perekonomian kota.

Gambar 1. Study-case small team

Yang lebih focus kupelajari adalah misi kedua. Hal ini karena Kabupaten Tegal, atau mungkin Tim kami, “para birokrat muda”, yang ingin menggugah Kota Slawi agar lebih berkembang dengan mempertimbangkan kemampuan potensi masyarakat dan keuangan yang ada.

Untuk mencari informasi, aku dibantu kolegaku, seorang Lulusan IHS-Rotterdam, yang sekaligus juga seorang birokrat Bappeda Surakarta, Pak Nunung alias Sinuhun alias Nugie. Kedekatan semasa pendidikan, aku juga lulusan dari sana, membuat proses permintaan sebagai narasumber tidak menjadi susah (Tidak pakai surat resmi, kalau resmi bisa mbayar biaya presentasi...hehehe)

1. City-walk Slamet Riyadi Surakarta

Gambar 2. People on City-walk

Kunjungan langsung diterima di lokasi City-walk Slamet Riyadi Surakarta. Di sana kami tidak menunggu lebih dari 5 menit, Sang Narasumber hadir dengan pakaian kerja batik. Pada waktu itu waktu sudah menunjukkan jam 17.45 WIB. Berarti dia kerja lembur…hehehe.

Secara konsep Citi-walk Slamet Riyadi merupakan penyediaan lokasi bagi pejalan kaki atau bahasa kerennya “pedestrian” untuk lebih berinteraksi dalam lingkungan perkotaan (antar pejalankali, kaki lima, ruang terbuka hijau, pusat perdagangan dan bisnis) dengan adanya fasilitas-fasilitas perdagangan dan kemudahan lainnya yang dapat pula untuk meningkatkan interaksi antarpejalan-kaki atau masyarakat urban/perkotaan.

Secara fisik penampang jalan, Citi-walk Jalan Slamet Riyadi terbagi dalam 4 zone :

  1. Zone I, Bagian tepi-tepi terluar (bagian utara dan selatan) merupakan daerah perkantoran dan permukiman serta perdagangan.
  2. Zone II, Bagian kedua sebelah utara merupakan Jalan arteri Slamet Riyadi yang secara fungsi merupakan jalan yang terbuka siang dan malam
  3. Zone III, bagian tengah, merupakan median jalan yang secara fisik berupa taman pembatas dengan lebar 2,5 m yang sekaligus sebagai pembatas dengan Zone IV
  4. Zone IV, City walk berada antara median dan Zone I bagian selatan.

Gambar 3. Gazebo with Hotspot area

City walk dibuat dengan konstruksi ramah lingkungan dengan menggunakan jalan paving. Seperti kita ketahui jalan paving memungkinkan air atau air hujan dapat meresap ke lapis di tanah di bawahnya.

Pada setiap penggalan jalan di city-walk, pada bagian tengahnya, di buat gazebo dari konstruksi baja dengan penghijauan dengan pohon rambatan. Pada sekitar gazebo itujuga dilengkapi dengan beberapa kursi taman. Kemudahan yang diberikan oleh Pemkot Surakarta adalah adanya area hotspot pada setiap gazebo.

Gambar 1. People's activities on City-walk

Beberapa hal yang sedang dirintis dan dilaksanakan dalam proses pembentukan city-walk adalah:

  1. Pengaktifan kereta kota sebagai wahana wisata (Masih dalam proses pembicaraan dengan PT. KAI)

Rel yang ada merupakan rel yang bias diaktifkan membujur timur-barat, termasuk sampai ke tempat GALABO (dibahas kemudian)

  1. Usaha penataan manajemen transportasi.

Pembentukan Citi-walk akan menjadi sangat penting, karena tanpa campur tangan dalam menata jalur-jalur moda transportasi, maka prosesnya akan sangat lambat.

(bersambung- selanjutnya Tinjauan studi City-walk
dan GALABO-Gladag Langen Bogan)